Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. 14. Dan kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri[1]) lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian Telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. (QS Al-kahfi ayat : 13-14)
Islam ditegakkan oleh para pemuda, para sahabat kebanyakan juga para pemuda, Nabi Ibrahim waktu menghancurkan berhala dan dihukum bakar dalam usia belia. Tidak sedikit di antara para imam fuqaha mencapai derajat imamah pada usia muda, Imam Syafi’i dapat rekomendasi untuk jadi mufti dalam usia 17 tahun, Imam Haramaini Al-Juwaini guru Imam Ghazali dalam usia 20 tahun sudah menjadi imam di Makkah dan Madinah, Imam Bukhari mengarang kitab Tarikhul Al-kabir yang terdiri dari delapan jilid dan menjadi rujukan utama dalam ilmu hadits juga pada usia 18 tahun.
Jadi Pemuda tidak mesti identik dengan dunia nakal dan kekanak-kanakan, atau dunia foya-foya, melainkan dapat didesain menjadi pemuda ahli sorga, pemuda yang akan mendapatkan naungan Allah yang tidak ada naungan kecuali naunganNya seperti dalam hadits riwayat imam Bukhari dari Ashabus Sunan dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Umar Bin khattab dan beberapa sahabat, bahwa Rasulullah pernah bersabda : tujuh orang akan dinaungi Allah yang tidak ada naungan kecuali naunganNya, Imam yang adil, kedua: pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah.
Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, dan berjuang dalam menegakkan kalimat Allah, mendapat naungan Allah, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya. seperti ashabul kahfi yang lantang menentang kebatilan kesyirikan, sekaligus menda’wahi raja yang dhalim kepada tauhid, yang karena ketegaran mereka Allah swt menjadikan mereka mu’jizat Allah, mereka tidur selama 309 tahun Qamariyah atau 300 tahun Syamsiyah.
Pemuda merupakan asset energi perjuangan di setiap zaman, jika kebanyakan pemuda pada zaman ini banyak terperosok dalam kehidupan hedonisme, glamor, pergaulan bebas, free sex, sejatinya bukan karena tabiatanya yang rusak, akan tetapi lebih dikarenakan kegagalan tarbiyah orang tua dan masyarakat kepada mereka, terutama gagal dalam membangun idealis yang tinggi yang menjadi magnet untuk menarik seluruh perhatian hidupnya dalam merealisasikannya. Maka membangun pemuda yang kuat aqidahnya, tinggi cita citanya, tangguh akhlaqnya, kuat ilmunya, menjadi teladan dan motor penggerak kaumnya harus menjadi prioritas utama pembangunan nasional, Rasulullah saw bersabda dalam hadits :
عَنْ عُقْبَةَ بن عَامِرٍ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:”إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ”.
Dari Uqbah bin ‘Amir sesungguhnya Nabi saw bersabda : Sesungguhnya Allah kagum terhadap pemuda yang tidak mengalami kekanak-kanakan. (HR Thabarani, dan Imam Ahmad).
Alangkah indahnya para pemuda telah dipersiapkan menjadi ahli sorga sejak kecilnya, ibu bapaknya ketika berkumpul berdoa dengan basmalah dan ta’awwudz sehingga anaknya yang lahir tidak diganggu oleh jin, masa remaja dan mudanya tumbuh dalam ibadah kepada Allah swt, menghabiskan usia mudanya untuk da’wah dan jihad, alangkah banyaknya generasi awal yang masa mudanya diisi dengan ketaatan dan tholabul ‘ilmi, karena meyakini bahwa kemuliaan hanya dalam ketaatan kepada Allah, kemuliaan hanya dimiliki oleh Allah dan Dia berikan kepada para wali-Nya yang beriman “Ketahuilah sesungguhnya izzah, prestisius, kemuliaan itu hanya milik Allah semua” (QS An-nisa ayat : 139), “dan izzah itu untuk Allah, RasulNya, dan orang orang beriman”. (QS Munafiqun ayat : 8).
Ibnu Abbas menuntut ilmu sejak kecil, beliau sangat tekun dalam mencari ilmu, diceritakan bahwa beliau jika ingin bertanya seorang sahabat tentang hadits beliau mengikutinya setelah keluar dari masjid, berjalan dibelakangnya kalau sahabat tersebut menoleh dan bisa bertanya kepadanya beliau bertanya, jika tidak menoleh sehingga masuk ke rumahnya, Ibnu Abbas menunggunya dengan duduk di emperan rumahnya, sampai sahabat tersebut keluar dari rumahnya untuk shalat, dan ketika itu beliau bertanya.
Imam Ibnu Taimiyyah sejak kecil rajin belajar, suatu saat orang tuanya menawari beliau untuk tamasya, dan beliau mohon izin untuk tidak ikut, dan ketika keluarga beliau pulang dan mereka menceritakan kenikmatan tamasya, beliau mengatakan, dan apa yang kalian bawa pulang, adapun saya telah khatam memahami buku ini “Raudhatun nadzir wa junnatun munadzir karangan Ibnu Qudamah” selama kalian pergi.
Dalam jihad dan da’wah mereka terdepan, Karena mengikuti Rasulullah, Mus’ab bin Umair diusir orang tuanya dalam kondisi faqir dan serba kekurangan, tapi hal itu tidak menghalangi beliau untuk berhasil mengemban amanah sebagai duta da’i di Madinah sampai kebanyakan penduduknya masuk Islam. Dalam masalah jihad, contoh keteladanan mereka tidak terhingga, ada dua sahabat muda mendaftar ikut jihad, karena masih sangat muda ditolak oleh baginda Nabi, dan dua sahabat tersebut tidak menyerah begitu saja, ketika ditolak, satu diantara keduanya mengatakan bahwa ia memiliki kemampuan memanah, dan akhirnya ia diizinkan Rasulullah untuk berjihad, yang satu tidak mau kalah dan mengatakan ya Rasulullah saya punya kelebihan atas temanku yang engkau izinkan perang, saya mampu untuk merubuhkan dengan gulat, dan akhirnya keduanya diizinkan perang.
Seorang sahabat dan anaknya yang muda rebutan untuk ikut jihad, kata bapaknya: engkau di rumah saja, saya yang mewakilimu berjihad, anaknya menjawab saya yang dapat giliran, dan biar saya yang jihad dan bapak di rumah, dan ketika keduanya ngotot keluar jihad, anaknya berkata : wahai ayah kalau urusan dunia, saya mengalah, adapun untuk urusan sorga(jihad), saya tidak mau mengalah, maka terpaksa keputusan diambil dengan diundi, akhirnya anaknyalah yang dapat undian tiket masuk sorga jihad fi sabiilillah. Di palestina para masyayikh jihad mengatakan bahwa mereka kewalahan untuk melayani ribuan para pelajar yang mendaftarkan diri untuk menjadi mortir jihad melawan yahudi. Ya jadi yang penting bagaimana para orang tua berhasil menanamkan semangat iman dan idealis perjuangan di jiwa para pemuda, maka jadi mereka pemuda ahli sorga yang rindu terhadap kematian di jalan Allah.
________________________________________
[1][875] Maksudnya: berdiri di hadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan menyombongkan diri
Sumber : Dr. Muh. Mu'inudinillah, MA
Islam ditegakkan oleh para pemuda, para sahabat kebanyakan juga para pemuda, Nabi Ibrahim waktu menghancurkan berhala dan dihukum bakar dalam usia belia. Tidak sedikit di antara para imam fuqaha mencapai derajat imamah pada usia muda, Imam Syafi’i dapat rekomendasi untuk jadi mufti dalam usia 17 tahun, Imam Haramaini Al-Juwaini guru Imam Ghazali dalam usia 20 tahun sudah menjadi imam di Makkah dan Madinah, Imam Bukhari mengarang kitab Tarikhul Al-kabir yang terdiri dari delapan jilid dan menjadi rujukan utama dalam ilmu hadits juga pada usia 18 tahun.
Jadi Pemuda tidak mesti identik dengan dunia nakal dan kekanak-kanakan, atau dunia foya-foya, melainkan dapat didesain menjadi pemuda ahli sorga, pemuda yang akan mendapatkan naungan Allah yang tidak ada naungan kecuali naunganNya seperti dalam hadits riwayat imam Bukhari dari Ashabus Sunan dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Umar Bin khattab dan beberapa sahabat, bahwa Rasulullah pernah bersabda : tujuh orang akan dinaungi Allah yang tidak ada naungan kecuali naunganNya, Imam yang adil, kedua: pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah.
Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, dan berjuang dalam menegakkan kalimat Allah, mendapat naungan Allah, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya. seperti ashabul kahfi yang lantang menentang kebatilan kesyirikan, sekaligus menda’wahi raja yang dhalim kepada tauhid, yang karena ketegaran mereka Allah swt menjadikan mereka mu’jizat Allah, mereka tidur selama 309 tahun Qamariyah atau 300 tahun Syamsiyah.
Pemuda merupakan asset energi perjuangan di setiap zaman, jika kebanyakan pemuda pada zaman ini banyak terperosok dalam kehidupan hedonisme, glamor, pergaulan bebas, free sex, sejatinya bukan karena tabiatanya yang rusak, akan tetapi lebih dikarenakan kegagalan tarbiyah orang tua dan masyarakat kepada mereka, terutama gagal dalam membangun idealis yang tinggi yang menjadi magnet untuk menarik seluruh perhatian hidupnya dalam merealisasikannya. Maka membangun pemuda yang kuat aqidahnya, tinggi cita citanya, tangguh akhlaqnya, kuat ilmunya, menjadi teladan dan motor penggerak kaumnya harus menjadi prioritas utama pembangunan nasional, Rasulullah saw bersabda dalam hadits :
عَنْ عُقْبَةَ بن عَامِرٍ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:”إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ”.
Dari Uqbah bin ‘Amir sesungguhnya Nabi saw bersabda : Sesungguhnya Allah kagum terhadap pemuda yang tidak mengalami kekanak-kanakan. (HR Thabarani, dan Imam Ahmad).
Alangkah indahnya para pemuda telah dipersiapkan menjadi ahli sorga sejak kecilnya, ibu bapaknya ketika berkumpul berdoa dengan basmalah dan ta’awwudz sehingga anaknya yang lahir tidak diganggu oleh jin, masa remaja dan mudanya tumbuh dalam ibadah kepada Allah swt, menghabiskan usia mudanya untuk da’wah dan jihad, alangkah banyaknya generasi awal yang masa mudanya diisi dengan ketaatan dan tholabul ‘ilmi, karena meyakini bahwa kemuliaan hanya dalam ketaatan kepada Allah, kemuliaan hanya dimiliki oleh Allah dan Dia berikan kepada para wali-Nya yang beriman “Ketahuilah sesungguhnya izzah, prestisius, kemuliaan itu hanya milik Allah semua” (QS An-nisa ayat : 139), “dan izzah itu untuk Allah, RasulNya, dan orang orang beriman”. (QS Munafiqun ayat : 8).
Ibnu Abbas menuntut ilmu sejak kecil, beliau sangat tekun dalam mencari ilmu, diceritakan bahwa beliau jika ingin bertanya seorang sahabat tentang hadits beliau mengikutinya setelah keluar dari masjid, berjalan dibelakangnya kalau sahabat tersebut menoleh dan bisa bertanya kepadanya beliau bertanya, jika tidak menoleh sehingga masuk ke rumahnya, Ibnu Abbas menunggunya dengan duduk di emperan rumahnya, sampai sahabat tersebut keluar dari rumahnya untuk shalat, dan ketika itu beliau bertanya.
Imam Ibnu Taimiyyah sejak kecil rajin belajar, suatu saat orang tuanya menawari beliau untuk tamasya, dan beliau mohon izin untuk tidak ikut, dan ketika keluarga beliau pulang dan mereka menceritakan kenikmatan tamasya, beliau mengatakan, dan apa yang kalian bawa pulang, adapun saya telah khatam memahami buku ini “Raudhatun nadzir wa junnatun munadzir karangan Ibnu Qudamah” selama kalian pergi.
Dalam jihad dan da’wah mereka terdepan, Karena mengikuti Rasulullah, Mus’ab bin Umair diusir orang tuanya dalam kondisi faqir dan serba kekurangan, tapi hal itu tidak menghalangi beliau untuk berhasil mengemban amanah sebagai duta da’i di Madinah sampai kebanyakan penduduknya masuk Islam. Dalam masalah jihad, contoh keteladanan mereka tidak terhingga, ada dua sahabat muda mendaftar ikut jihad, karena masih sangat muda ditolak oleh baginda Nabi, dan dua sahabat tersebut tidak menyerah begitu saja, ketika ditolak, satu diantara keduanya mengatakan bahwa ia memiliki kemampuan memanah, dan akhirnya ia diizinkan Rasulullah untuk berjihad, yang satu tidak mau kalah dan mengatakan ya Rasulullah saya punya kelebihan atas temanku yang engkau izinkan perang, saya mampu untuk merubuhkan dengan gulat, dan akhirnya keduanya diizinkan perang.
Seorang sahabat dan anaknya yang muda rebutan untuk ikut jihad, kata bapaknya: engkau di rumah saja, saya yang mewakilimu berjihad, anaknya menjawab saya yang dapat giliran, dan biar saya yang jihad dan bapak di rumah, dan ketika keduanya ngotot keluar jihad, anaknya berkata : wahai ayah kalau urusan dunia, saya mengalah, adapun untuk urusan sorga(jihad), saya tidak mau mengalah, maka terpaksa keputusan diambil dengan diundi, akhirnya anaknyalah yang dapat undian tiket masuk sorga jihad fi sabiilillah. Di palestina para masyayikh jihad mengatakan bahwa mereka kewalahan untuk melayani ribuan para pelajar yang mendaftarkan diri untuk menjadi mortir jihad melawan yahudi. Ya jadi yang penting bagaimana para orang tua berhasil menanamkan semangat iman dan idealis perjuangan di jiwa para pemuda, maka jadi mereka pemuda ahli sorga yang rindu terhadap kematian di jalan Allah.
________________________________________
[1][875] Maksudnya: berdiri di hadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan menyombongkan diri
Sumber : Dr. Muh. Mu'inudinillah, MA
No comments:
Post a Comment